Rabu, 31 Oktober 2012

laporan pendahuluan DEFISIT PERAWATAN DIRI


LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI




Di susun oleh :
ENUS SODIKIN
A0010014






PRODI DIII KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2012
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

1.            Masalah Utama
Defisit Perawatan Diri

2.            Proses Terjadinya Masalah
1.      Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

2.      Tanda dan Gejala
·         Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor
·         Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan.
·         Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada tempatnya
·         Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan buang air besar atau buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihakan diri dengan baik setelah BAB/BAK


3.      Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
·         Badan bau, pakaian kotor.
·         Rambut dan kulit kotor.
·         Kuku panjang dan kotor
·         Gigi kotor disertai mulut bau
·         Penampilan tidak rapi
·         Malas, tidak ada inisiatif.
·         Menarik diri, isolasi diri.
·         Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

4.      Akibat
Klien yang kurang merawat kebersihan dirinya akan beresiko integritas kulit, karena kotor kulit akan mudah terkena luka.

5.      Pohon masalah

Resiko integritas kulit                         akibat

Defisit perawatan diri                       core problem

Isolasi soaial : menarik diri                  sebab




  1. 5.      Diagnosa Keperawatan
    1. Defisit perawatan diri
    2. Resiko integritas kulit
    3. Isolasi sosial : menarik diri

  1. 6.      Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1 : defisit perawatan diri
Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri
Tujuan Khusus    :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Intervensi
1.      Berikan salam setiap berinteraksi.
2.      Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
3.      Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4.      Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5.      Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6.      Buat kontrak interaksi yang jelas.
7.      Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8.      Penuhi kebutuhan dasar klien.
                        TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
                        Intervensi
1.      Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
2.      Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
3.      Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
4.      Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
5.      Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.
6.      Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.
7.      Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.
TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Intervensi
1.      Motivasi klien untuk mandi.
2.      Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
3.      Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
4.      Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
5.      Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
6.      Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
Intervensi
1.      Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.

Intervensi
1.      Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
Intervensi
1.      Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
2.      Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.
3.      Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.
4.      Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.
5.      Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.
6.      Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri.
7.      Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.







DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC

                        Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995

            Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

             Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000


laporan pendahuluan HARGA DIRI RENDAH



LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH






Di susun oleh :

ENUS SODIKIN
A0010014







PRODI DIII KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2012

 

 

 

 


LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH



I.         MASALAH UTAMA

Gangguan konsep diri  :  harga diri rendah

II.      PROSES TERJADINYA MASALAH

A.       Pengertian
Harga diri rendah adalah perilaku negatif terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tak langsung. (Scultz dan Videback, 1998).
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).

B.       Tanda Dan Gejala
Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah (Stuart dan Sundeen, 1995)
1.        Mengejek dan mengkritik diri sendiri
2.        Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri
3.        Rasa bersalah atau khawatir
4.        Manisfestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan penyalahgunaan zat.
5.        Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan
6.        Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan sosial
7.        Menarik diri dari realitas
8.        Merusak diri
9.        Merusak atau melukai orang lain
10.    Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri
C.       Penyebab
1.      Gangguan citra tubuh
Mekanisme : Gangguan citra tubuh merupakan perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh  perubahan, ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh, pasien biasanya tidak dapat menerima , merasa kurang sempurna, kemudian menjadi harga diri rendah
Tanda :     
·         Kehilangan/ kerusakan bagian tubuh
·         Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh(akibat tumbuh kembang /penyakit)
·         Prosedur patologik penyakit dan dampaknya terhadap strutur maupun fungsi tubuh.
·         Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi, transplantasi

D.       Akibat
§  Akibat  : Gangguan Isolasi sosial  : menarik diri
Mekanisme  : Harga diri yang rendah menyebabkan klien merasa malu sehingga klien lebih suka menyendiri dan menghindari orang lain, klien mengurung diri sehingga hal ini dapat menyebabkan klien berfikir yang tidak realistik.

III.             POHON MASALAH

Isolasi sosial : menarik diri                                                        akibat
 

Gangguan konsep diri : harga diri rendah                               core problem
 

Gangguan citra tubuh                                                                penyebab
                                                                                                (Keliat, 1998)

IV.             DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Harga diri rendah
2.      Gangguan citra tubuh
3.      Isolasi sosial : menarik diri

V.                FOKUS INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah
A.    Tujuan Umum
Klien dapat mencegah terjadinya isolasi sosial : menarik diri, dalam kehidupan sehari-hari.

B.     Tujuan Khusus
1.      Klien dapat membina berhubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
-          Ekspresi wajah bersahabat
-          Menunjukkan rasa senang
-          Ada kontak mata
-          Mau berjabat tangan dan menyebut nama
-          Mau menjawab salam
-          Klien mau duduk berdampingan dengan perawat
-          Mau mengutarakan masalah   yang dihadapi
Intervensi :
-          Bina hubungan salign percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
a.       Sapa klien dengan ramah baik dengan verbal maupun non verbal
b.      Perkenalkan diri dengan sopan
c.       Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d.      Jelaskan tujuan pertemuan
e.       Jujur dan menepati janji
f.       Tunjukkan sikap menerima klien apa adanya
g.      Beri perhatian kepada kllien dan perhatika kebutuhan dasar klien

2.      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi :
-          Daftar kemampuan yang dimiliki klien di RS, rumah, sekolah dan tempat kerja.
-          Daftar positif keluarga klien
-          Daftar positif lingkungan klien
Intervensi :
v  Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, buat daftarnya.
v  Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif
v  Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.

3.      Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Kriteria evaluasi :
-          Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit
-          Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan dirumah
Intervensi Keperawatan :
v  Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan selama sakit
v  Diskusikan kemampuan yang dapt dilanjutkan pengguanaan di rumah sakit
v  Berikan pujian

4.      Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi :
-          Klien memiliki kemampuan yang akan dilatih
-          Klien mencoba
-          Susun jadwal harian
Intervensi Keperawatan :
v  Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.
v  Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.
v  Beri pujian atas keberhasilan klien.
v  Diskusikan jadwal kegiatan haria atas kegiatan yang telah dilatih.
Catatan : ulangi untuk kemampuan lain sampai semuanya selesai
v  Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan, buat jadwal.
-          Kegiatan mandiri
-          Kegiatan dengan bantuan sebagian
-          Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
v  Tingkatkan kegiatan yang disukai sesuai dengan kondisi klien
v  Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
.
5.      Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya.
Kriteria Evaluasi :
-          Klien melakukan kegiatan yang telah dilatih (mandiri, dengan bantuan atau tergantung)
-          Klien mampu melakukan beberapa kegiatan mandiri

Intervensi Keperawatan :
v  Beri kesempatan pada untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
v  Beri pujian atas keberhasilan klien
v  Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Rasionalisasi :
§  Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri kllien
§  Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan

6.      Kllien dapt memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Kriteria Evaluasi :
-          Keluarga dapat memberi dukungan dan pujian
-          Keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien
Intervensi Keperawatan :
v  Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien denga harga diri rendah.
v  Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
v  Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
v  Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah
v  Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil










DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC

                        Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

             Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000