KONSEP DASAR
A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah keadaan dimana tubuh tidak menghasilkan
atau memakai insulin sebagaimana mestinya. Insulin adalah hormon yang membawa
glukosa darah ke dlaam sel-sel dan menyimpannya sebagai glikogen (Tambayong,
Jan, 2000 : 157).
Pendapat dari Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1220) Diabetes Mellitus
adalah gangguan metabolisme dengan karakteristik intoleransi glukoda atau
penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara persediaan insulin
dengan kebutuhan- klasifikasi diabetes yang utama adalah :
1.
Diabetes Mellitus tipe I : DM
tergantung insulin.
2.
Diabetes Mellitus tipe II : DM
tidak tergantung insulin.
3.
Diabetes Mellitus yang
berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
4.
Diabetes Mellitus gestasional.
B. Etiologi
Menurut Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1224) penyebab diabetes
mellitus dikelompokkan menjadi 2 :
1. DM tipe I disebabkan oleh
a. Faktor genetik
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe itu sendiri tapi mewarisi suatu
kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes ini ditemukan pada penderita
HLA (Human Leucocyto Antigen).
b. Faktor lingkungan
Karena destruksi sel beta, contoh : hasil penyelidikan yang
mengatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses auto imun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2. DM tipe II
Disebabkan oleh usia (retensi insulin cenderung meningkat pada usia
di atas 65 tahun) obesitas, riwayat keluarga, kelompok etnik (di Amerika
Serikat, golongan hisponik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya DM)
Terjadinya DM tipe II dibandingkan dengan golongan non Amerika.
C. Manifestasi Klinik
Pendapat Smeltzer, S.C dan Bare (2000 : 1220) manifestasi klinik
dari Diabetes Mellitus antara lain :
1.
Glukosuria : adanya kadar
glukosa dalam urin.
2.
Poliuri : sering kencing dan
diuresis osmotik.
3.
Polidipsi : banyak minum akibat
dari pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebih.
4.
Polifagi : banyak makan akibat
menurunnya simpanan kalori.
5.
Penurunan berat badan secara
drastis karena defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak.
Berdasarkan Tjokroprawiro (1998 : 1) menyebutkan tanda dan gejala
diabetes mellitus antara lain :
1.
Trias DM antara lain banyak
minum, banyak kencing dan banyak makan.
2.
Kadar glukosa darah pada >
120 mg/dl.
3.
Kadar glukosa 2 jam sesudah
makan > 200 mg/dl.
4.
Glukosuria (adanya glukosa
dalam urin)
5.
Mudah lelalh, kesemutan, kulit
terasa panas.
6.
Rasa tebal di kulit, kram,
mudah mengantuk.
7.
Mata kabur, gigi mudah goyah,
dan mudah lepas.
8.
Kemampuan sexual menurun,
impoten.
D. Anatomi Fisiologi
Pankreas panjangnya kira-kira lima
belas sentimeter, mulai dari duodenum sampai limpa, dan terdiri atas 3 bagian :
kepala pankreas, badan pankreas, ekor pankreas. Jaringan pankreas terdiri atas
labula dari pada sel sekretori yang tersusun mengitari saluran-saluran halus.
Saluran-saluran ini mulai dari persambungan saluran-saluran kecil dari labula
yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan menlalui labula yang terletak
di dalam ekor pankreas dan berjalan melalui badannya dari kiri ke kanan.
Saluran-saluran kecil itu menerima saluran dari labula lain dan kemudian
bersatu untuk membentuk saluran utama yaitu ductus wirsungi.
Kepulauan langerhans pada pankreas membentuk organ endokrin yang
menyekresi insulin, yaitu sebuah hormon antidiabetika, yang diberikan dalam
pengobatan diabetes. Insulin adalah sebuah protein yang dapat turut dicernakan
oleh enzim-enzim pencerna protein. Insulin mengendalikan kadar glukosa dan bila
digunakan sebagai pengobaan dalam hal kekurangan, seperti pada diabetes, ia
memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengabsorbsi dan menggunakan glukoda dan
lemak (Pearce, E., 1995 : 207 dan 237).
Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas, kelenjar pankreas
terletak di lekukan usus dua belas jari, sangat penting untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa darah yaitu waktu puasa antara 60-120 mg/dl dan
dalam dua jam sesudah makan di bawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada
kerja insulin, baik secara kuantitas maupun kualitas keseimbangan tersebut akan
terganggu dan kadar glukoda cenderung naik (Tjokroprawiro, 1998 : 1).
E. Patofisiologi
Defisiensi insulin terjadi sebagai akibat dari kerusakan sel beta
langerhans, defisiensi insulin tersebut akan menyebabkan peningkatan
pembentukan glikogen sehingga glikogen akan mengalami suatu penurunan yang
mengakibatkan hiperglikemi, peningkaan kadar glukosa hepar dan peningkatan
lipolisis.
Hiperglikemi akan mengakibatkan seseorang mengalami glukosuria, yang
menyebabkan osmotik diuresis.
Osmotik diuresis akan menimbulkan sesuatu keadaan di mana ginjal
tidak dapat meningkatkan glukosa yang difiltrasi. Ginjal tidak mengikat glukosa
yang difiltrasi akan mengakibatkan cairan diikat oleh glukosa, sehingga cairan
dalam tubuh akan berlebihan yang akan dimanifestasikan dengan banyak mengeluarkan
urin (poliuri).
Poliuri akan menyebabkan banyak kehilangan elektrolit dan dalam
tubuh dan akibatnya akan menimbulkan masalah kurang volume cairan, dehidrasi
akan membuat seseorang banyak minum (polidipsi).
Apabila tubuh kehilangan kalori, akan menyebabkan seseorang dalam
keadaan lemah, sehingga akan muncul permasalahan intoleransi aktifitas
sedangkan keadaan polifagia akan mengakibatkan munculnya masalah perubahan
nutrisi lebih dari kebutuhan (Price, S.A. dan Wilson, L.M., 1995 : 112).
F. Pathway dan Masalah
Keperawatan
Kerusakan sel beta langerhans
Ô
Defisiensi insulin
Ô
Peningkatan kalori
Peningkatan
pembentukan glikogen
Ô
P
Polifagia Lemah
enurunan glukagon
Ô
H
Intoleransi aktivitas
iperglikemia
Cidera
Ô
Luka
Ô
Perubahan mikrovaskuler retina
Ô
Gangguan sensori perseptual
Ô
Ketajaman pandangan menurun
Ô
Resiko tinggi infeksi
Resiko injuri
Ginjal tidak mengikat kembali
glukosa yang difiltrasi
Ô
Gluksa mengikat cairan
Ô
Cairan yang berlebih
Ô
Poliuri
Ô
Perubahan volume cairan kurang
dari kebutuhan tubuh
Dehidrasi
Peningkatan lipolisis
Ô
Peningkatan oksidasi asam lemak
bebas
Ô
Pembentukan keton
Ô
PH turun
Ô
Asidosis metabolik
Ô
Tekanan parsial O2
menurun
Ô
Hipotensi
Perubahan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
Glukosauria
Ô
Osmotik diuresis
Sumber
:
·
Price, S.A dan Wilson (1995 : 112)
·
Long, B.C (1996 : 70)
·
Smeltzer, S.C (2002 : 1223)
·
Doenges (2000 : 729)
G. Komplikasi
Menurut Price, S.A dan Wilson,
L.M (1995 : 1117) komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2 kategori
yaitu :
1. Komplikasi metabolik akut
1.
Komplikasi metabolik yang
serius adalah ketoasidosis diabetes yang akan mengakibatkan kerosis terjadi
pada jangka pendek.
2.
Peningkatan beban ion hidrogen
dan asidosis metabolik.
3.
Hipolikemi
2. Komplikasi metabolik kronik
1.
Makro angiopati yang mengenai
pembuluh darah besar seperti pada jantung pada otak.
2.
Mikro angiopati yang mengenai
pembuluh darah kecil seperti retinopati diabetik, nefropati diabetik.
3.
Neuropati diabetik rentang
infeksi seperti TBC, infeksi saluran kemih, ulkus pada kaki.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada DM menurut Donges dkk (2001 : 728)
antara lain :
1.
Glukosa darah : meningkat
100-200 mg/dl atau lebih.
2.
Aseton plasma (keton) : positif
secara metabolik.
3.
Asam lemak bebas : kadar lipid
dan kolesterol meningkat
4.
Osmolalitas serum : meningkat
tetapi biasanya kurang dari 330 mosm/lt
5.
Elektrolit
1.
Natrium : mungkin normal,
meningkat atau menurun.
2.
Kalium : normal atau
peningkatan semu (perpindahan seluler selanjutnya akan menurut).
6.
Haemoglobin glikosilat :
kadarnya melipat 2-4 dari dari normal.
7.
Gas darah arteri : biasanya
menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik)
dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8.
Trombosit darah, hematokrit
mungkin meningkat atau (dehidrasi / leukositosis, hema konsentrasi, merupakan
respon terhadap stres atau infeksi).
9.
Ureum atau kreatinin : mungkin
meningkat atau normal (dehidrasi atau penurunan fungsi ginjal).
10.
Amilase darah : mungkin
meningkat yang mengidentifikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab
dari DKA (Diabetik Keto Asidosis).
11.
Insulin darah mungkin menurun
bahkan sampai tidak ada (tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang
mengidentifikasikan infusiensi insulin atau gangguan dalam penggunaannya
(endogen atau eksogen).
12.
Pemeriksaan fungsi tiroid :
peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
13.
Urin : gula dan aseton positif
berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
14.
Kultur dan sensitivitas :
kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi
pada luka.
I. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1226) ada 5 komponen dalam
penatalaksanaan DM yaitu :
1.
Diit
2.
Latihan jasmani
3.
Pemantauan
4.
Terapi (jika diperlukan)
5.
Pendidikan
Berdasarkan
Engram, B (1998 : 535) penatalaksanaan DM yaitu :
1. Untuk DM tipe I
Insulin (karena tidak ada insulin endogen yang dihasilkan).
2. Untuk DM tipe II
Modifikasi diit, latihan dan agen hipoglikemia.
Menurut Long B.C (1996 : 81) pencegahan DM yaitu :
1. Pencegahan primer
a. Menghindari obesitas (jika perlu)
b. Pengurangan BB dengan supervisi medik merupakan fokus utama dalam
pencegahan DM tidak tergantung insulin.
2. Pencegahan sekunder yaitu dengan deteksi DM.
J. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian pada penyakit DM menurut Doenges, dkk (2000 : 726)
1.
Aktifitas dan istirahat
2.
Sirkulasi
3.
Integritas ego
4.
Eliminasi
5.
Makanan atau cairan
6.
Neurosensori
7.
Nyeri atau kenyamanan
8.
Pernafasan
9.
Keamanan
10.
Sexualitas
11.
Penyuluhan
K. Diagnosa Fokus Intervensi Keperawatan
Menurut Doenges, dkk (2000 : 729) diagnosa keperawatan dan
intervensi keperawatan pada penyakit DM adalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangan gastrik berlebihan : diare, muntah, masukan dibatasi, mual, kacau
mental.
Kriteria hasil : Pasien dapat mendemonstrasikan hidrasi
adekuat.
Intervensi :
1.
Pantau tanda-tanda vital.
2.
Kaji nadi perifer, pengisian
kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
3.
Pantau masukan dan pengeluaran
catat berat jenis urin.
4.
Ukur berat badan tiap hari.
5.
Pertahankan untuk memberikan
cairan paling sedikit 2500 ml/hari.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status hiper metabolisme.
Kriteria hasil : a. Pasien akan mencerna jumlah kalori
yang tepat.
b. Pasien menunjukkan tingkat energi biasanya.
c. Pasien akan mendemonstrasikan BB stabil.
Intervensi :
1.
Timbang BB setiap hari sesuai
dengan indikasi.
2.
Tentukan program diet akan pola
makan pasien.
3.
Berikan makanan cair yang
mengandung zak makanan dan elektrolit.
4.
Identifikasi maknan yang
disukai termasuk kebutuhan etnik / kultur
5.
Observasi tanda-tanda
hiperglikemi.
6.
Lakukan pemeriksaan gula darah
yang menggunakan “fingerstick”
7.
Berikan pengobatan insulin
secara teratur dengan metode insulin intermitten.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulask, infeksi pernafasan yang
ada sebelumnya, atau infeksi saluran kemih.
Kriteria hasil : a. Pasien akan mengidentifikasi
intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
b. Pasien akan mendemonstrasikan tehnik, perubahan gaya hidup untuk mencegah
infeksi.
Intervensi :
1.
Observasi tanda-tanda infeksi.
2.
Tingkatkan upaya pencegahan
infeksi.
3.
Pertahankan tehnik aseptik pada
prosedur invansif
4.
Pasang kateter atau lakukan
perawatan genetalias.
5.
Auskultasi bunyi nafas.
6.
Bantu pasien untuk melakukan
oral hygiene.
7.
Lakukan pemeriksaan kultur dan
sensitivitas sesuai dengan indikasi.
8.
Berikan antibiotik yang sesuai.
4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,
perubahan kimia darah : insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi,
status hipermetabolis atau infensi.
Kriteria hasil : a. Pasien mengungkapkan peningkatan
tingkat energi.
b. Pasien menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi
dalam aktivitas.
Intervensi :
1.
Diskusikan dengan pasien
kebutuhan akan aktivitaas.
2.
Berikan aktivitas alternatif
periode istirahat.
3.
Pantau nadi, frekuensi
pernafasan dan tekanan darah sebelumnya dan sesudah aktivitas.
4.
Diskusikan cara menghemat kalori.
5.
Tingkatkan partisipasi pasien
dalam melakukan aktivitas.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN
GANGGUAN ENDOKRIN : DIABETES MELLITUS DI BANGSAL MELATI I
RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 16 April 2008
Jam pengkajian : 08.00 Wib
1. Identitas
a. Identitas pasien
1.
Nama : Ny. S
2.
Tempat/tanggal lahir : Klaten,
1947
3.
Umur : 61 tahun
4.
Jenis kelamin : Perempuan
5.
Alamat : Petoran, Jebres, Surakarta
6.
Suku : Jawa
7.
Agama : Islam
8.
Bangsa : Indonesia
9.
Pendidikan : -
10.
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
11.
Dokter yg merawat :
b. Identitas penanggung jawab
1.
Nama : Ny. S
2.
Umur : 40 tahun
3.
Jenis kelamin : Perempuan
4.
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
5.
Agama : Islam
6.
Pendidikan : SMA
7.
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8.
Alamat : Petoran, Jebres, Surakarta
9.
Hubungan dg pasien : Anak
kandung
3. Keluhan utama
Pasien mengatakan badannya lemas.
4. Riwayat keperawawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
± 2 hari yang lalu pasien merasa pusing, mual muntah, badannya lemes
dan nggliyer di rumah pasien sudah diberi obat pusing dan mual muntah, tapi
belum ada perkembangan.
Tanggal 16 April 2008 pukul 03.00 pagi dibawa ke RS. Dr. Moewardi
Surakarta, masuk IGD diberi terapi infus RL 20 tpm, injeksi cefriaxonelx 2 gr,
piralen 1 x 1 mg, ulceranin 1 gr/12 jam, kemudian pukul 05.00 WIB dipindah
bangsal Melati I untuk di rawat inap.
b. Riwayat keperawatan dahulu
± 1 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan
penyakit yang sama dan diperbolehkan pulang karena sudah mengalami perbaikan
dalam kesehatan selama perawatan.
c. Riwayat keperawatan keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, tetapi ada yang
menderita penyakit hipertensi yaitu ibunya.
d.
Genogram
Keterangan
:
:
Laki-laki
: Perempuan
:
Meninggal
: Menikah
: Garis
keturunan
:
Pasien
: Penderita penyakit hipertensi
5. Konseptual Model Gordon
a. Pola persepsi dan managemen kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke
dokter untuk diperiksakan dan mendapatkan pengobatan.
b. Pola nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 3 x/hari, porsi makan
cukup, nasi, lauk dan sayur.
Selama sakit : Pasien makan diit yang diberikan RS,
pasien makan hanya habis ½ porsi yang diberikan RS, nafsu makan menurun.
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB 1 x/hari,
konsistensi padat, BAK 6-7 x/hari.
Selama sakit : Pasien mengatakan BAB 1 x/hari, BAK dalam
urine back ± 1500 cc/hari, warna kunig agak keruh, bau khas.
d. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : Pasien dapat beraktivitas mandiri tanpa
bantuan orang lain.
Selama sakit : Pasien total care, semua aktivitas
dibantu oleh perawat dan keluarga.
e. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasanya tidur ± 6-7
jam /hari.
Pasien jarang tidur siang.
Selama sakit : Pasien mengatakan tidur 5-6 jam pada
malam hari.
Pasien hanya dapat sebentar-bentar tidur siang.
f. Pola persepsi kognitif
Pasien mengatakan sudah tahu tentang penyakit yang dideritanya.
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Body image : Pasien mengatakan menerima keadaannya
saat ini.
2) Self ideal : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan
berkumpul dengan keluarga.
3) Self esteem : Pasien mengatakan tidak minder dengan
penyakitnya.
4) Identity : Pasien menyadari bahwa dia adalah seorang
perempuan
h. Pola peran dan hubungan
Pasien mengatakan sebagai seorang ibu dari 8 anak dan nenek dari 12
cucu, hubungan dengan keluarga tampak harmonis.
i. Pola reproduksi dan sexual
Pasien mempunyai 8 anak dengan suaminya, pasien menikah 1 kali dan
sudah masa menopause.
j. Pola koping terhadap stres
Pasien mengatakan setiap ada masalah dibicarakan dengan keluarga.
k. Pola nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama Islam, dan rajin beribadah 5 kali sehari,
tapi saat ini pasien hanya mampu berdoa.
6. Pemeriksaan fisik
Pada tanggal 20 Mei 2008
a. Keadaan umum : Lemah
b. Tingkat Kesadaran : Composmentis
GCS Evektor : 4
Motorik : 6
Verbal : 5
c. Tanda-tanda vital : TD : 180/90 mmHg BB : 50 kg
N : 80 x/menit TB : 153 cm
S : 36,9°C
Rr : 20 x/menit
d. Kepala : Messocepal, rambut sebahu beruban, tidak ada
lesi.
e. Mata : Konjungtiva anemis, sklera un ikterik, tampak
sayu, pasien masih cukup tajam dalam penglihatan.
f. Hidung : Bersih, tidak ada serumen, terpasang O2 2
lt/menit
g. Telinga : Bersih, simetris, pendengaran normal
h. Mulut : Gigi masih utuh, mukosa bibir kering, tidak
pecah-pecah, tidak ada stomatitis.
i. Wajah : Pucat
j. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
k. Dada
Paru : I : Pengembangan dada kanan = kiri
P : Fremitus, raba kanan = kiri
P : Sonor
A : Tidak ada wheezing
Jantung : I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis kuat angkat
P : Pekak
A : BJ I – II reguler
. Abdomen : I : Permukaan dada dan perut sama, tidak ada
lesi
A : Peristaltik
P : Tidak teraba massa
P : Tympani
l. Ektremitas
Atas : Terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kanan,
tangan kiri bebas bergerak, tidak ada oedem.
Bawah : Bebas bergerak tidak ada oedem
m. Genitalia urinaria : Pasien terpasang DC, genetalia
bersih.
n. Kulit : Terdapat luka bekas pengambilan sampel darah
yang berwarna biru namun tidak nyeri, kapiler reffil > 2 detik.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil laboratorium pada tanggal 16 April 2008 pukul 08.30 WIB
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Normal
|
Kimia darah
SGOT
SGPT
GDS
|
73 U/L*
71 U/L*
302,1
mg/dl *
|
Lk : < 35 ; Pr : < 31 u/L
< 31 u/L
70-115
mg/dl
|
Analisa Urine
Urinalisa
Warna
Kekeruhan
Reduksi
Bilirubin
Keton
BJ
pH
Protein
Urobilinogen
Nitrit
Sedimen
Leukosit
Eritrosit
Epitel squamos
Silinder
Kristal
Amorf fosfat
Sel rage/jamur
Bakteri
|
Kuning
Keruh*
Tertentu*
-
-
< = 1005
6,5
-
3,2 E.v/dl
-
-
10-15 plp
25. 30 plp
5-7 plp
-
+
+
+
|
Kuning
Jernih
-
-
-
-
-
-
-
-
-
( -
)
|
8. Program terapi (16 April 2008)
1.
Infus RL 20 tpm
2.
Obat oral
o
Captopril 2,5 gr 3 x 1
o
Amiodipine 10 mg 1x 1 (siang)
o
He pro 3 x 1
3.
Injeksi
o
Cefriaxon 2 gr/hari
o
Piralen 1mg/12 jam
o
Ulceranin 1 gr/12 jam
o
Lancolin 1 gr/12 jam
o
Actropid 10 – 10 – 4 unit
4.
Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan
gula darah sewaktu
B. Data Fokus
1. Data subyektif :
1.
Pasien mengatakan badannya
lemes.
2.
Pasien mengatakan nafsu makan
menurun.
3.
Pasien mengatakan pusing,
nggliyer
2. Data obyektif :
1.
Keadaan umum lemah
2.
Warna kulit pucat, teraba
dingin
3.
TD : 180/90 mmHg, N : 80
x/menit, Rr : 20 x/menit, S : 26,58C
4.
BB : 50 kg
5.
Terpasang infus RL 20 tpm pada
tangan kanan
6.
Terpasang O2 2 lt/menit
7.
Terpasang DC hari -2
8.
Mukosa bibir kering
9.
Kapileri reffil 72 dtk
10.
Pada tangan kiri ada luka
kebiruan bekas pengambilan sampel darah.
11.
Hasil laboratorium saat
pengkajian
GDS
: 302,1 mg/dl
SGOT
: 73 u/l
SGPT
: 71 u/l
Amorf
pospat : (+)
Sel
rage (+)
Bakteri
: (+)
12.
ADL dibantu keluarga dan
perawat.
C. Analisa Data
No
|
Tgl/jam
|
Data
Fokus
|
Etiologi
|
Problem
|
1.
|
16/4/08
09.00
|
DS : - Pasien mengatakan lemas
- Pasien mengatakan nafsu makan menurun
- Pasien mengatakan pusing, nggliyer.
DO: - GDS 302,1 mg/dl
- Mukosa bibir kering
- Makan habis ½ porsi RS
|
Input yang tidak adekuat dan ketidak
cukupan insulin
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
|
2
|
10.00
|
DS : - Pasien mengatakan lemas
- Pasien mengatakan pusing
DO: - TD : 180/90 mmHg, S : 36,9° C
N : 80 x/menit
Rr : 20 x/menit
- Kapileri reffil 32 detik
- Terpasang O2, 2 lt/menit, kulit pucat, teraba dingin
- SGOT : 73 u/l
- SGPT : 71 u/l
|
Penurunan aliran darah sekunder akibat
vasokonstriksi pembentukan tromboembolik
|
Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan
|
3.
|
11.30
|
DS : - Pasien mengatakan lemas
DO: - ADL dibantu oleh keluarga dan perawat
- Terpasang O2 nasal 2 lt./menit
- Terpasang DC
- Pasien lemah
|
Kelemahan fisik
|
Gangguan pemenuhan ADL
|
D. Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat dan
ketidakcukupan insulin.
2.
Gangguan pemenuhan ADL
berhubungan dengan kelemahan fisik
3.
Resiko tinggi terhadap perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah sekunder akibat
vasokonstriksi, pembentukan tromboli.
E. Intervensi
1. Dx. I
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3 x 24 jam
kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan baik.
Kriteria hasil :
1.
Pasien dapat menghabiskan porsi
diit yang diberikan.
2.
Pasien dapat menunjukkan BB
dalam batas normal.
3.
GDS menunjukkan angka normal
70-115 mg/dl
4.
Mukosa bibir lembab
Intervensi
:
1.
Berikan makanan sesuai diet DM.
2.
Identifikasi makanan yang
disukai pasien.
3.
Observasi GDS sesuai kolaborasi
dokter dengan “finger stick”
4.
Berikan pengobatan insulin
secara teratur dengan metode insulin intermitten sesuai advis dokter.
5.
Observasi tanda-tanda vital.
6.
Observasi tanda-tanda
hipoglikemia dan hiperglikemia
7.
Berikan penyuluhan tentang diit
khusus DM yang benar dan menghindari makanan yang banyak mengandung gula.
8.
Timbang BB tiap hari.
2. Dx. II
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
pasien dapat melakukan aktivitas sesuai toleransi.
Kriteria hasil :
1.
Pasien dapat melakukan
aktivitas sesuai toleransi.
Intervensi
:
1.
Kaji tingkat kemampuan pasien
dalam ADL.
2.
Bantu pasien dalam melakukan
aktivitas
3.
Ajarkan pasien untuk melakukan
aktivitas ringan yang tidak mengganggu
4.
Observasi kebutuhan aktivitas
yang dibutuhkan
5.
Libatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan pasien
3. Dx. III
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
tidak terjadi gangguan jaringan perifer.
Kriteria hasil :
2.
Kulit hangat, tidak pucat.
3.
Tanda-tanda vital dalam batas
normal
4.
Kapileri reffil < 2 detik,
turgor kulit baik
5.
Tidak ada sesak nafas
Intervensi
:
6.
Observasi pucat, sianosis,
kulit dingin
7.
Observasi tanda-tanda vital
tiap 4 jam
F. Implementasi
No.
|
Tgl/
jam
|
Implementasi
|
Respon
|
Paraf
|
I,III
|
17/4/08
08.00
|
·
Melakukan pengkajian pasien
·
Mengkaji TTV
|
DS : Pasien mau menyebutkan nama, alamat dan keluhan
DO : Pasien tampak lemah
TD : 180/90 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,9°C
Rr : 20 x/menit
|
|
I
|
09.00
|
·
Mengambil sampel darah guna
pemeriksaan GDS
|
DS : Pasien mengatakan mau diambil darahnya
DO: Hasil GDS 302,1 mg/dl
|
|
I
|
09.45
|
·
Membagikan ekstra siang
dengan die DMTKTP 1500 kal
|
DS : Pasien mengatakan nafsu makan menurun
DO : Ekstra siang hanya habis ½ porsi RS
|
|
II,I
|
09.45
|
·
Menambahkan aqua dest steril
pada oksigen
|
DS : Pasien mengatakan merasa lebih nyaman
DO : O2 terpasang 2 lt/menit
|
|
I,
II, III
|
10.00
|
·
Monitor balance cairan
|
DS : -
DO : Terpasang
infus RL 20 tpm, urin 2/3 jam : 470 cc BL/23 jam : ± 1261 cc
|
|
I,
III
|
11.00
|
·
Melakukan tindakan injeksi
lewat selang infus :
* Ceftriaxone 2
gr
|
DS : -
DO : Ceftriaxone masuk 2 gr
|
|
I
|
11.30
|
·
Membagikan makan siang diet
DMTKTP 1500 kal
|
DS : Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
DO : Makan siang habis ½ porsi
|
|
I,III
|
12.00
|
·
Memberikan obat Amlodipine 10
mg Captopril 25 mg
|
DS : -
DO : Obat masuk lewat oral
|
|
III
|
14.30
|
·
Mengobservasi capilary refill
·
Mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan SGOT,
SGPT
·
Mengambil sampel urin
pemeriksaan ureum kreatinin
|
DS : -
DO : Capilary Refill > 2 dtk
Hasil pemeriksaan darah SGOT : 70, SGPT : 71
|
|
II
|
15.00
|
·
Mengkaji kemampuan pasien
dalam ADL
·
Motivasi pasien untuk latihan
duduk
·
Ajarkan pasien untuk duduk
bersandar di tempat tidur
·
Mendekatkan alat-alat yang
dibutuhkan pasien
·
Membantu dalam pemenuhan
kebutuhan personal hygiene pasien
|
DS : Pasien mengatakan dibantu keluarga dalam ADL
DO : Pasien tampak dibantu keluarga saat pemenuhan ADL
Pasien latihan duduk dibantu keluarga
|
|
II
|
16.05
|
·
Monitor TTV pasien
|
DS : -
DO : TD : 170/90 mmHg
N : 80 x/menit
S : 37,5°C
Rr : 20 x/menit
|
|
|
16.40
|
·
Mengganti infus RL 20 tpm
|
DO : Infus terpasang RL 20 tpm
|
|
|
17.30
|
·
Menyajikan makan sore dengan
diet DMTKTP 1500 kal
|
DS : Pasien mengatakan nafsu makan menurun
DO : Makan habis ½ porsi
|
|
I,
III
|
18/4/08
09.00
|
·
Mengambil sampel darah guna
pemeriksaan GDS rutin
|
DS : -
DO : Hasil GDS 237 mg/dl
|
|
|
09.00
|
·
Injeksi : Ceptriasone 2 gr
|
DO : Ceftriaxone masuk 2 gr
|
|
I
|
10.00
12.00
|
·
Membagikan extra siang
·
Membagikan makan siang diet
DMTKTP 1500 kal
|
DO : Extra siang habis
DS : Pasien mengatakan nafsu makan bertambah
DO : Makan siang habis ¾ porsi
|
|
I,
III
|
12.00
|
·
Memberikan obat oral
Hp Pro
Amlodipine 10
mg
Captopril 25 mg
|
DO : Obat masuk lewat oral
|
|
III
|
15.00
|
·
Mengobservasi capilary refill
|
DS : -
DO : Capilary Refill < 2 dtk Infus RL 20 tpm
|
|
II
|
16.00
|
·
Membantu dalam persiapan
mandi pasien
|
DS : Pasien mengatakan mandi dibantu keluarga
DO : Pasien tampak lebih nyaman
|
|
III
|
16.40
|
·
Monitor TTV pasien
|
DO : TD : 150/60 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,8°C
Rr : 22 x/menit
|
|
I
|
17.30
|
·
Menyajikan makan sore dengan
diet DMTKTP 1500 kal
·
Memberikan 10 ui
|
DS : Pasien mengatakan nafsu makan bertambah
DO : Actrapit masuk 10 ui
Makan habis ¾ porsi
|
|
I,III
|
19/4/08
07.00
|
·
Monitor KU pasien
·
Mengukur TTV pasien
·
Memberikan actrapit 10 ui
|
DS : -
DO : TD : 140/90 mmHg
N : 80 x/menit
Rr : 20 x/menit
S : 36°C
|
|
I
|
08.00
|
·
Mengantarkan makan pagi
pasien diet DM TKTP 1500 kal
|
DS : Pasien mengatakan nafsu maka bertambah
|
|
III
|
09.00
|
·
Mengambil sampel darah guna
pemeriksaan GDS
|
DO : - Actrapit masuk
·
Makan pagi habis 1 porsi
- Hasil GDS 282
kal
|
|
I
|
12.00
|
·
Membagikan extra siang dengan
diet DMTKTP 1500 kal
·
Memberikan actrapit 10 ui
|
DS : Pasien mengatakan nafsu makan habis ¾ porsi
DO : Actrapit masuk
Makan siang habis ¾ porsi
|
|
G. Evaluasi
No.
Dx
|
Tanggal/jam
|
Evaluasi
|
Ttd
|
I
|
19-4-2008
13.00
|
S : Pasien mengatakan sudah ada peningkatan nafsu makan.
O : - KU pasien sedang
- Pasien makan habis ¾ porsi diit RS
A : Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan terata si.
P : Intervensi dilanjutkan
·
Kolaborasi pemberian actrapid
10-10-4
·
Berikan diit khusus DM
|
|
II
|
13.10
|
S : Pasien mengatakan badannya masih nggliyer dan pusing
O : - KU pasien sedang
- TD : 140/90 mmHg
S : 20 x/menit
N : 80 x/menit
Rr : 36°C
- Kapileri reffil < 2 detik
A : Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan
·
Berikan O2 2
lt/menit
·
Observasi TTV
|
|
|
13.30
|
S : Pasien mengatakan sudah bisa beraktivitas sendiri, tapi kadang
masih dibantu
O : Pasien bisa makan sendiri, aktivitas mandi masih dibantu oleh
keluarga.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
·
Bantu pasien dalam aktivitas
·
Anjurkan pasien untuk
beraktivitas sesuai toleransi
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar